Wednesday, March 24, 2010

Sketsa The Wizard chap 5: Otanjoubi Omedette, Naruto

Tak terasa sudah tujuh bulan berlalu, dan itu semakin mendekati ulang tahunnya yang ke 15. Tak terasa pula Naruto banyak belajar tentang pengendalian sihirnya nanti. Sekarang, fansnya semakin gila mengincarnya. Kebanyakan bertanya tentang ulang tahunnya yang sebentar lagi, membuat Naruto tidak tenang berada dikelas jadi, dia menghabiskan waktunya diatap bersama Kyubi atau Gaara dan Kakashi. Atau dia belajar pengendalian dasar sihir pada Kakashi yang ternyata sangat menarik Naruto.

"Naru-chan, kapan pesta ulang tahunmu? Aku harus kesalon untuk mempersiapkan diri nih?" kata seorang gadis dengan gaya genit mendekati Naruto sedangkan yang didekati merinding lalu secepatnya kabur dari tempat itu.

"Dasar Orang gila!!! Apa mereka tidak tahu kalau sikap mereka itu membuatku takut saja" sungutnya setelah berhasil ke tempat aman. Atap maksudnya.

"Yah, namanya juga fans Naru, kamu harus bersabar" kata Kyubi didalam tas.

"Huh! Bersabar bagaimana? Yang ada itu bikin pusing" kata Naruto memutar boal matanya kesal sekali.

"Sedang kesal Namikaze?" tanya seseorang tiba-tiba.

"Huh! Ada apa Sabaku?" tanya Naruto tambah kesal melihat Gaara.

"Menikmati pemandangan sama denganmu" katanya datar nyaris tanpa emosi.

"Memangnya kau lihat aku sedang menikmati pemandangan apa?? Dasar bodoh!" teriak Naruto tambah kesal.

"Oh, tunggu dulu Namikaze! Tunggu dulu! Aku sudah sering kali mengatakan padamu untuk mengontrol emosimu itu!" kata Kakashi yang tiba-tiba muncul. Sedangkan Naruto hanya terdiam saja tapi sirat matanya masih sangat kesal.

"Pengendalian emosi itu sangat penting kalau ingin menggunakan sihir" jelas Kakashi. "Dan kamu…."

"Iya, aku tahu. Bisa tidak kalian diam sebentar!" potong Naruto kesal.

"Aku diam" kata Gaara. Sedangkan Kakashi mengangkat sebelah alisnya. Heran. 'Hm..Badmood rupanya'

"Ada masalah Namikaze?" tanya Kakashi hati-hati. Naruto menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Kakashi.

"Banyak, kalian dulu bilang pada saat umurku 15 tahun aku akan ke Jepang. Dan sekarang tinggal sebulan lagi ulang tahunku yang ke 15 dan masalahnya aku belum member tahu apa-apa pada ayah." kata Naruto frustasi.

"Oh, jadi itu masalahnya! Kamu kan bisa memberitahunya"

"Tidak segampang itu Mr. Hatake."

"Lalu?"

"Yah! Masalahnya setiap kali aku mengajak ayah bercerita tentang ibu pasti ayah marah-marah duluan tanpa alasan yang jelas. Aku jadi pusing."

"Jangan bicarakan tentang ibumu kalau begitu" kata Gaara.

"Bagaimana bisa? Semua ini kan bermula dari ibuku yang penyihir?" teriak Naruto lebih kencang saking putus asanya.

"Begini Namikaze, kamu bicara pelan-pelan dulu. Cari waktu yang tepat, lalu bicara pelan-pelan." kata Kakashi berusaha menenangkan Naruto.

"Hm…Baiklah, nanti aku coba" kata Naruto membuat Kakashi tersenyum dibalik maskernya.

"Jadi, kita latihan lagi hari ini?"

"Yah, baiklah" kata Naruto agak malas karena pelajaran kali ini pengendalian emosi yang sangat susah untuk dilakukannya. Dia ingat waktu pertama kali diajar oleh Kakashi tentang cara memakai sihirnya. Dia seperti orang bodoh disuruh menggengam kalungnya sambil berharap supaya dia bisa terbang. Merasa sangat bodoh, dia hanya berharap setengah setengah yang tidak memberikan efek apa-apa. Dan pada saat dia mencoba entah untuk yang keberapa kali akhirnya, dia berhasil walaupun cuma membuat kalungnya bersinar.

"Ingat, Namikaze dalam memakai sihir kamu harus menggunakan perasaan dan control emosimu yang sangat suka meledak itu." kata Kakashi memperingatkan Naruto entah untuk yang keberapa kali. Sampai-sampai Naruto merasa bosan karena penjelasan Kakashi yang berulang terus.

"Iya, langsung saja keintinya Mr. Hatake." kata Naruto tidak sabar membuat Kakashi menghela napas melihat tingkah calon muridnya yang temperamental.

"Terserah apa katamu" kata Kakashi akhirnya. Dia lalu mengenggam kalungnya, kalung itu bersinar dan tiba-tiba disekeliling Naruto sudah berubah menjadi tempat lain. Tempat yang sangat indah air terjun dan rerumputan hijau. "Nah! Sekarang kamu harus bermeditasi disini! Berusahalah kendalikan emosimu itu!"

"Hm…" gumam Naruto tidak jelas lau segera menuju air terjun dan duduk diatas sebuah batu memejamkan matanya untuk memulai meditasinya.

xx~_^xxx~_^xx

"Ayah, Naru amau bicara sesuatu pada ayah" kata Naruto pada ayahnya setelah selesai makan malam. Minato menoleh melihat putranya, dia menghela napas dan berkata "Kamu mau bicara tentang ibu lagi yah? Ayah sudah bilang bahwa ayah…."

"Tidak tahu apa-apa!!!" Potong Naruto, dia merasa kesal sekali dengan ayahnya sekarang, lalu dengan emosi dia berbicara pada ayahnya sebenarnya berteriak "Kenapa ayah bohong pada Naru? Ayah bilang ayah tidak tahu apa-apa soal ibu padahal ayah sangat tahu semua tentang ibu." teriak Naruto, matanya mulai berkaca-kaca. Minato terpaku pada tempatnya mendengar anaknya. Lalu dengan sura serak karena menahan tangis Naruto melanjutkan "Ayah, Naru tahu bahwa ibu adalah penyihir"

Kalimat yang sangat menyeramkan bagi seorang Namikaze Minato! Dia hanya bisa tertegun ditempatnya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Terlalu kaget sekaligus sangat takut. Naruto masih terisak-isak. Setelah beberapa menit Minato akhirnya kembali dari rasa terkejutnya.

"Eng…Naru, bagaima…na ka..mu ta..hu ten..tang ibu…mu?" tanya Minato terbata-bata. Masih dengan terisak-isak Naruto menjawab pertanyaan ayahnya, dia lalu menceritakan semuanya dari awal bertemu dengan Gaara lalu mendapatkan kalung dan mendapat mimpi yang buruk dan kemudian tentang Kakashi yang mengajarinya. Tentu saja hal ini sangat mengagetkan Minato yang duduk membeku seakan waktu berhenti disekelilingnya. Setelah Naruto selesai bercerita dengan suara seperti orang tercekik Minato bertanya lagi "Jadi, kamu akan kedunia Jepang itu?" Naruto hanya mengangguk mendengarnya.

"Kamu!!!" teriak Minato yang sudah bisa mengendalikan dirinya." Kamu tidak boleh ke dunia itu Naruto. Tidak! Tidak boleh!" marahnya.

"Tapi kenapa ayah? Bukankah disana juga dunia ibu?" kata Naruto heran melihat ayahnya yang melotot.

"Bukan apa-apa, tapi ayah melarangmu untuk kedunia itu dan satu lagi ayah minta kamu jangan bergaul lagi dengan temanmu yang bernama Gaara itu juga guru barumu yang bernama Hatake itu." tegas Minato lalu melangkah meninggalkan Naruto sendirian yang heran dengan sikap ayahnya itu. Dari kejauhan Minato hanya memandang sedih pada anaknya.

"Maafkan ayah Naru, ayah tidak bermaksud untuk mencegahmu tapi ayah tidak mau kehilangan kamu lagi."

xx~_^xxx~_^xx

"Minato, berjanjilah padaku untuk menjaga anak kita baik-baik. Aku tidak mau Naruto mengalami hal yang sama denganku" Kata seorang perempuan berambut merah panjang dipangkuannya. Napasnya tersengal-sengal, darah mengalir keras di bagian perutnya. Dia melihat sekilas bayi yang sedang tertidur nyenyak diatas rerumputan.

"Kamu jangan bicara dulu Kushina, lukamu sangat parah" Kata Minato dengan suara tercekat. Kushina hanya tersenyum memandang suaminya merasa waktunya sudah sangat dekat dia menggenggam tangan suaminya.

"Ingat! Minato jangan pernah biarkan Naruto kembali lagi di dunia ini. Pergilah kalian jauh-jauh dari sini! Dan jangan sampai ada yang tahu rahasia ini cukup kamu saja!"

"Tapi, kenapa aku harus membawa Naruto meninggalkan tempat ini?"

"Karena……"

Minato langsung terbangun napasnya tersengal-sengal, sambil memndang berkeliling dia turun dari tempat tidurnya dan menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Sambil berjalan dia memikirkan mimpinya barusan "Kushina, aku minta maaf! Aku tidak bisa menjaga Naruto seperti katamu."

xx~_^xxx~_^xx

"Tampaknya anda sedang badmood tingkat tinggi Namikaze?" tanya Kakashi saat melihat muka Naruto tertekuk persis seperti pakaian yang belum disetrika.

"Bukan urusanmu Mr. Hatake" kata Naruto kasar.

"Hm…biar kutebak! Tadi malam kamu bicara dengan ayahmu dan dia melarangmu! Apakah aku benar Namikaze?" kata Gaara datar.

"Hikz…hikz…benar!" isak Naruto "Tadi malam aku sudah mencoba bicara, aku memberitahu semuanya dan ayah langsung marah besar, dia melarangku untuk ke Jepang entah dengan alasan apa. Aku bingung sekarang!"

"Hm…jadi dia melarangmu? Membingungkan!" kata Kakashi.

"Sudah! Kamu tidak usah memikirkan itu dulu, ulang tahunmu masih sebulan lagi, jadi masih ada kesempatan untuk membujuk ayahmu."

"Kamu benar Gaara, pokoknya aku akan terus membujuk ayah agar mengizinkanku." kata Naruto berapi-api.

"Yah! Sekarang ayo, kembali belajar. Pengendalian emosimu belum stabil." kata Kakashi.

"Kok itu lagi seh?" Protes Naruto karena sudah sebulan ini dia belajar pengendalian emosi. Gaara maju dan menjitak kepala Naruto.

"Dengan orang yang sangat temperamental kayak kamu tidak mungkin menguasai pengendalian emosi dengan cepat."

"Iya, iya aku mengerti" sungutnya. Lalu Kakashi kembali menggenggam kalungnya dan sejurus kemudian mereka sudah berada ditempat dengan background air terjun.

xx~_^xxx~_^xx

"Ayah! Tolong izinkan Naru untuk ke Jepang!" Kata Naruto untuk kesekian kalinya selama tiga minggu berturut-turut. Dan jawaban ayahnya tetap sama selama tiga minggu itu. Membuat Naruto jadi jengkel sendiri dengan ayahnya.

"Baiklah! Kalau ayah tidak mau mengizinkan Naru. Tapi, ada izin atau tidak Naru akan tetap pergi!" Kata Naruto jengkel.

"Naruto! Kamu jangan berani-berani melawan ayah!"

"Kalau begitu, beritahu Naru alasan kenapa ayah melarang Naru ke Jepang!"

"Er-itu……"

"Nah! Ayah tidak punya alasan apa-apa kan? Pokoknya Naru akan tetap pergi! Titik!" kata Naruto lalu beranjak meninggalkan ayahnya. 'Seandainya ayah dapat memberitahumu Naruto' gumam Minato sedih melihat anaknya.

xx~_^xxx~_^xx

"KYAAAA!!!!!!! Naru-chan, besok adalah ulang tahunmu! Terimalah ini" teriak seorang gadis sambil memberikan kado kepada Naruto yang baru saja tiba disekolah.

"Tidak! Terima hadiahku saja yah!!"

"Nggak, aku saja"

"Er-a..ku, aku harus pergi!" kata Naruto sambil kabur dari kejaran para fans gilanya itu.

"Wah! Susah juga yah orang tenar!" kata Kakashi sedangkan Gaara hanya diam.

"Cih! Dasar fans gila, membuatku merinding saja." rutuk Naruto kesal.

"Naruto, apakah kamu sudah siap besok?" tanya Gaara.

"Tentu saja, aku sudah siap."

"Baguslah!"

.

.

.

"Naruto!" suara Minato membangunkan anaknya. Naruto bangun dengan malas-malasan.

"Hm…ada apa yah? Naru masih ngantuk."

"Ada yang ayah ingin bicarakan denganmu sayang."

"Er-harus sekarang?" tanya Naruto sambil melirik jam dikamarnya, jam 11.50 pm.

"Iya, sekarang!" tegas ayahnya. Mau tidak mau Naruto Naruto mengikuti ayahnya kehalaman belakang. Bulan keperakan sedang bersinar terang.

"Ada apa yah?"

"Hm…kamu besok tetap akan pergi ke Jepang!"

"Iya, dan kalau ayah tetap tidak mengizi…."

"Aku mengizinkanmu Naruto" kata Minato membuat Naruto tercengang.

"Apakah benar yah?" tanya Naruto yidak percaya, Minato hanya mengangguk sambil memandang bulan purnama di atas. Naruto sangat senang melihat ayahnya setuju.

"Tapi, sebelum kamu pergi ada yang ingin ayah sampaikan padamu"

"Apa itu ayah?"

"Er-kamu harus……"

Teng…teng…teng……tepat tanggal 10 Oktober

Tiba-tiba kalung Naruto bersinar sangat terang, hampir membutakan mata. Dan dilangit seperti ada jutaan bintang jatuh. Angin bertiup, Minato terlonjak kaget mendapati putranya sekarang melayang ditengah halaman belakang dengan kalung bersinar yang sekarang membungkus tubuh Naruto. Minato hanya terpaku pada tempatnya melihat kejadian itu. Sementara dari kejauhan dua pasang mata mengamati kejadian itu. "Wah, menarik! Sihirnya mulai aktif" kata laki-laki bermasker itu sedangkan yang satunya hanya menggumam "Otanjoubi Omedette Naruto". Setelah sepuluh menit, cahaya yang membungkus tubuh Naruto berangsur-angsur menghilang dan tubuhnya perlahan-lahan mendarat di halaman. Minato mendekati anaknya. Cemas! Tapi, sepertinya Naruto pingsan, kemudian dia membopong anaknya masuk kerumah.

Nun jauh, di sebuah kastil ditengah hutan sepasang mata onix terbuka lebar. Dia tersenyum "Hm…akhirnya sihirmu aktif, Otanjoubi Omedette Naruto" katanya pelan lalu mata onix itu menutup kembali.

xx~_^xxx~_^xx

Pagi yang indah, walaupun sudah memasuki bulan oktober. Cuaca menjadi agak dingin. Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya merasa tidurnya nyenyak sekali semalam tadi. Dia menggeliat tapi, seperti ada yang menahannya. Dia melirik kesampingnya dan ukh! Silau. Ternyata itu adalah rambut ayahnya. Rupanya semalam ayah tidur bersamanya. Naruto bangun pelan-pelan tapi ayahnya tiba-tiba bangun.

"Eh, Naruto kamu sudah sadar?" tanya Minato.

"Sadar? Memangnya semalam aku kenapa yah?" tanya Naruto heran.

"Jadi, kamu tidak mengingat kejadian semalam?" tanya Minato balik lebih heran lagi.

"Memangnya aku kenapa semalam?"

"Kamu melayang terus bersinar-sinar"

"Hah! Masa?" katanya tidak percaya.

"Iya, oh Selamat ulang tahun sayang!" kata Minato sambil memeluk anaknya.

"Ah, terima kasih ayah"

"Ini kadomu, hari ini kamu jadi pergi kan?" tanya Minato, Naruto mengangguk. Lalu dia membuka kadonya.

"Apa ini yah?" tanya Naruto heran melihat benda ditangannya. Sebuah kotak kayu dengan ukiran yang sangat indah.

"Itu adalah benda dari ibumu." kata Minato lalu membuka kotak kayu itu. Dan muncullah cahaya dari kotak itu, dan tampaklah sebuah cermin di penutupnya dan ditengah-tengah ada tiga buah boneka. Seorang laki-laki dan perempuan sedang menggendong bayi kecil. Bunyi musik mengalun merdu, tiga boneka itu bergerak. Sedangkan cermin itu menunjukkan seperti televisi gambar-gambar bergerak antara seorang perempuan berambut merah menggendong bayi berambut pirang, disebelahnya seorang laki-laki pirang tertawa-tawa. Bahagia! Yah itulah kata-kata yang pas. Naruto tak kuasa membendung air matanya melihat ini semua "Ibu……" gumamnya pelan. Minato hanya mengusap-usap kepala anaknya lembut.

xx~_^xxx~_^xx

"Naru, berangkat dulu yah!" kata Naruto memeluk ayahnya, berpamitan.

"Jaga dirimu baik-baik, sayang!" kata Minato sedih.

"Baik, ayah. Tapi ayah jangan sedih. Kalau Naru libur Naru pasti kesini." kata Naruto menghibur ayahnya. Dia sudah menyiapkan kopernya tak lupa membawa hewan kesayangannya Kyubi lalu segera berangkat. Dia berjanji bertemu dengan Kakashi dengan Gaara lima meter dari gerbang sekolah karena berhubung ini adalah hari ulang tahunnya pasti para fans gilanya itu tidak akan membiarkannya bebas. Naruto melihat Gaara berdiri di bawah pohon bersama Kakashi, dia pun turun.

"Hai, Namikaze! Selamat ulang tahun" kata Kakashi.

"Ah, terima kasih Mr. Hatake"

"Mulai sekarang, jangan panggil aku dengan nama itu. Panggil aku Kakashi-sensei karena, aku akan segera menjadi gurumu nanti."

"Hm…baiklah Kakashi-sensei."

"Ayo, kita segera berangkat" kata Gaara.

"Yosh! Aku siap!" kata Naruto semangat.

No comments: